Tampilkan postingan dengan label Sistem Pendukung Keputusan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sistem Pendukung Keputusan. Tampilkan semua postingan

05/01/10

Data Flow Diagram (for Beginer)

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi.
DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan, khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem. Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem.
DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.
Komponen Data Flow Diagram


Ada 3 (tiga) jenis DFD, yaitu ;

  • Context Diagram (CD)

  • DFD Fisik

  • DFD Logis

DFD Level

DFD dapat digambarkan dalam Diagram Context dan Level n. Huruf n dapat menggambarkan level dan proses di setiap lingkaran.

  • Diagram Context

  • Diagram Level n

  • DFD Logis

  • DFD Fisik

Context Diagram (CD)

Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas (DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal. (CD menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar CD;

  • Terminologi sistem :

  • Batas Sistem adalah batas antara “daerah kepentingan sistem”.

  • Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau mempengaruhi sistem tersebut.

  • Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan linkungan sistem tersebut.

Sebagai contoh, dalam gambar 1.

  • Menggunakan satu simbol proses,

Catatan:

Yang masuk didalam lingkaran konteks (simbol proses) adalah kegiatan pemrosesan informasi (Batas Sistem). Kegiatan informasi adalah mengambil data dari file, mentransformasikan data, atau melakukan filing data, misalnya mempersiapkan dokumen, memasukkan, memeriksa, mengklasifikasi, mengatur, menyortir, menghitung, meringkas data, dan melakukan filing data (baik yang melakukan secara manual maupun yang dilakukan secara terotomasi).

  • Nama/keterangan di simbol proses tersebut sesuai dengan fungsi sistem tersebut,

  • Antara Entitas Eksternal/Terminator tidak diperbolehkan komunikasi langsung

  • Jika terdapat termintor yang mempunyai banyak masukan dan keluaran, diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah penggambaran yang terlalu rumit, dengan memberikan tanda asterik ( * ) atau garis silang ( # ).

  • Jika Terminator mewakili individu (personil) sebaiknya diwakili oleh peran yang dipermainkan personil tersebut.

  • Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data berbeda.


Diagram Level n / Data Flow Diagram Levelled

Dalam diagram n DFD dapat digunakan untuk menggambarkan diagram fisik maupun diagram diagram logis. Dimana Diagram Level n merupakan hasil pengembangan dari Context Diagram ke dalam komponen yang lebih detail tersebut disebut dengan top-down partitioning. Jika kita melakukan pengembangan dengan benar, kita akan mendapatkan DFD-DFD yang seimbang. Sebagai contoh, gambar 1.1, gambar 1.2, gambar 1.3, gambar 1.4 dan gambar 1.5.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat DFD ialah:

  • Pemberian Nomor pada diagram level n dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Setiap penurunan ke level yang lebih rendah harus mampu merepresentasikan proses tersebut dalam sepesifikasi proses yang jelas. Sehingga seandainya belum cukup jelas maka seharusnya diturunkan ke level yang lebih rendah.

  • Setiap penurunan harus dilakukan hanya jika perlu.

  • Tidak semua bagian dari sistem harus diturunkan dengan jumlah level yang sama karena yang kompleks bisa saja diturunkan, dan yang sederhana mungkin tidak perlu diturunkan. Selain itu, karena tidak semua proses dalam level yang sama punya derajat kompleksitas yang sama juga.

  • Konfirmasikan DFD yang telah dibuat pada pemakai dengan cara top-down.

  • Aliran data yang masuk dan keluar pada suatu proses di level n harus berhubungan dengan aliran data yang masuk dan keluar pada level n+1. Dimana level n+1 tersebut mendefinisikan sub-proses pada level n tersebut.

  • Penyimpanan yang muncul pada level n harus didefinisikan kembali pada level n+1, sedangkan penyimpanan yang muncul pada level n tidak harus muncul pada level n-1 karena penyimpanan tersebut bersifat lokal.

  • Ketika mulai menurunkan DFD dari level tertinggi, cobalah untuk mengidentifikasi external events dimana sistem harus memberikan respon. External events dalam hal ini berarti suatu kejadian yang berkaitan dengan pengolahan data di luar sistem, dan menyebabkan sistem kita memberikan respon.

  • Jangan menghubungkan langsung antara satu penyimpanan dengan penyimpanan lainnya (harus melalui proses).

  • Jangan menghubungkan langsung dengan tempat penyimpanan data dengan entitas eksternal / terminator (harus melalui proses), atau sebaliknya.

  • Jangan membuat suatu proses menerima input tetapi tidak pernah mengeluarkan output yang disebut dengan istilah “black hole”.

  • Jangan membuat suatu tempat penyimpanan menerima input tetapi tidak pernah digunakan untuk proses.

  • Jangan membuat suatu hasil proses yang lengkap dengan data yang terbatas yang disebut dengan istilah “magic process”.

  • Jika terdapat terminator yang mempunyai banyak masukan dan keluaran, diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah penggambaran yang terlalu rumit, dengan memberikan tanda asterik ( * ) atau garis silang ( # ), begitu dengan bentuk penyimpanan.

  • Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data berbeda.


DFD Fisik

Adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang menunjukan entitas-entitas internal dan eksternal dari sistem tersebut, dan aliran-aliran data ke dalam dan keluar dari entitas-entitas tersebut. Entitas-entitas internal adalah personel, tempat (sebuah bagian), atau mesin (misalnya, sebuah komputer) dalam sistem tersebut yang mentransformasikan data. Maka DFD fisik tidak menunjukkan apa yang dilakukan, tetapi menunjukkan dimana, bagaimana, dan oleh siapa proses-proses dalam sebuah sistem dilakukan. (Tidak Bahas).

Perlu diperhatikan didalam memberikan keterangan di lingkaran-lingkaran (simbol proses) dan aliran-aliran data (simbol aliran data) dalam DFD fisik menggunakan label/keterangan dari kata benda untuk menunjukan bagaimana sistem mentransmisikan data antara lingkaran-lingkaran tersebut.

Misal :

Aliran Data : Kas, Formulir 66W, Slip Setoran

Proses : Cleck Penjualan, Kasir, Pembukuan, dll.


DFD Logis

Adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang menunjukkan proses-proses dalam sistem tersebut dan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar dari proses-proses tersebut. Kita menggunakan DFD logis untuk membuat dokumentasi sebuah sistem informasi karena DFD logis dapat mewakili logika tersebut, yaitu apa yang dilakukan oleh sistem tersebut, tanpa perlu menspesifikasi dimana, bagaimana, dan oleh siapa proses-proses dalam sistem tersebut dilakukan.

Keuntungan dari DFD logis dibandingkan dengan DFD fisik adalah dapat memusatkan perhatian pada fungsi-funsi yang dilakukan sistem.

Perlu diperhatikan di dalam pemberian Keterangan/ Label;

  • Lingkaran-lingkaran (simbol proses) menjelaskan apa yang dilakukan sistem

Misal : Menerima Pembayaran, Mencatat Penjualan, Membandingkan kas dan Daftar Penerimaan, Mempersiapkan Setoran, dll.

  • Aliran-aliran data (simbol aliran data) menggambarkan sifat data.

Misal : Pembayaran (bukan “Cek”, “Kas”, “ Kartu Kredit”

Jurnal Penjualan (bukan “Buku Penjualan”), dll

Usulan dari analis ( berupa DFD dalam bab 4 ), beberapa hal yang umum yang mendapat perhatian dalam mendesain baru tersebut ialah:

  • Menggabungkan beberapa tugas menjadi Satu

  • Master Detail Update

  • Meminimalkan tugas-tugas yang tidak penting

  • Menghilangkan tugas-tugas yang duplikat

  • Menambahkan proses baru

  • Meminimalkan proses input

  • Menetapkan bagian mana yang harus dikerjakan komputer dan bagian mana yang harus dikerjakan manual


02/01/10

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PROSES PEREKRUTAN PELAYAN RUMAH TANGGA

Timur Mangkuto-Mahasiswa Pascasarjana Ilmu komputer UGM dan penikmat IT

ananta.timur@gmail.com

PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan teknologi informasi berkembang dengan pesat tidak hanya perangkat keras dan perangkat lunak saja melainkan sudah sampai pada metode-metode komputasi ikut berkembang juga, sejalan dengan perkembangan IT tersebut. Salah satu metode komputasi yang berkembang pesat adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System). Dalam teknologi informasi sistem pengambilan keputusan merupakan cabang ilmu dari management sistem informasi.


Banyak metode yang dapat digunakan dalam sistem ini, salah satu metode itu adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Konsep metode AHP adalah merubah nilai-nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif sehingga keputusan-keputusan yang keluar lebih objektif. Metode AHP pada awalnya digunakan oleh departemen pertahanan Amerika pada tahun 1970 dalam hal untuk merencanakan kekuatan militer unutk mengahdapi berbagai kemungkinan (Contingency Planning), Kemudian metode ini dikembangkan di Sudan untuk merencanakan transportasi terpadu. Pada saat ini metode AHP juga digunakan pada beberapa penelitian misalkan saja “Sistem pemilihan pejabat struktural”, ”Pemilihan karyawan berprestasi” dan “Pengembangan produktivitas hotel”.

Pada makalah ini, metode AHP diaplikasikan pada sistem pengembangan SDM, Khususnya unutk menentukan calon pembantu rumah tangga, seperti kepala pelayan rumah tangga ataupun calon baby sister dan jompo sister. Utuk penentuan balon (bakal calon), diamsumsikan bahwa kriteria-kriteria yang digunkan dalam menilai bakal calon adalah sebagai berikut


  1. Kualitas kerja

  2. Tanggung jawab

  3. Komunikasi dan kerja sama

  4. Motivasi

  5. Disiplin Kerja

  6. Kemampuan Manajerial

  7. Pengetahuan dan Skill


Asumsi-asumsi lain yang digunakan bahwa balon mempunyai tingkatan pendidikan yang memenuhi syarat calon pembantu/pelayan rumah tangga (pramuwisma). Dan untuk menentukan prioritas antara kreteria disesuaikan dengan kebutuhan sebagai pramuwisma oleh kepala rumah tangga (istri dan suami), sehingga dalam pengisian nilai prioritas kepala rumah tangga mempunyai kewenangan yang penuh. Kewenangan penuh ini juga termasuk pengisian nilai prioritas antar calon pramuwisma untuk masing-masing kriteria, walapun demikian untuk hal-hal yang bersifat kuantitatif misalkan kreteria disiplin kerja, kepala rumah tangga dapat menggunakan data yang tersedia selama dia berkerja dengan yang lain atau pada masa percobaan. Untuk kriteria-kreteria yang lain kepala rumah tangga dapat menggunakan data-data yang bersifat kualitatif, hasil dari pengamatan langsung atapun dari informasi yang berasal dari luar.


Dalam makalah ini,program komputer yang digunakan adalah Openoffice.org spreadsheet. Hasil dari hal ini akan sangat membantu kepala rumah tangga dalam memilih calon pramuwisma (pembantu rumah tangga/pelayan rumah tangga) secara objektif, akan tetapi bagaimanapun juga hasil dari sistem ini bukan satu-satunya sistem yang digunakan dalam pengambilan keputusan, ini dikarenakan adanya hal-hal yang bersifat subjektif, hal tersebut merupakan sesuatu hal yang bersifat wajar. Dan juga semua ini dikerjakan kurang dari dua minggu.


DASAR TEORI


Pramuwisma atau yang lebih dikenal dengan pembantu rumah tangga, adalah sebuah jenis pekerjaan jasa dimana jasa yang diberikan adalah jasa sebagai penganti sementara pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti pekerjaan rumah tangga, memasak, merawat lansia di dalam rumah, mengasuh bayi, menjaga anak, dan lain sebagai nya dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut hakekat nya merupakan pekerjaan yang seharus nya menjadi tanggung jawab kepala rumah tangga dan penghuni rumah, akan tetapi dikarenakan tuntutan hidup maka pekerjaan tersebut harus di alih tugaskan ke orang lain dalam hal ini pramuwisma. Jika kita lihat pekerjaan ini bukan pekerjaan yang sepele dikarenakan tanggung jawab dan beban yang harus dipikul oleh pramuwisma tersebut diamana dia bertugas menjaga, merawat, dan membimbing dengan kata lain nya setengah pekerjaan kepala rumah tangga diberikan pada nya hal ini yang membuat pekerjaan pramuwisma menjadi sangat penting, dan dikarenakan kepentingan tersebut maka kepala rumah tangga harus pandai-pandai dalam memilih dan menseleksi calon yang mau menjadi pekerja pramuwisma.


Tulisan ini dapat di download dari http://www.ziddu.com/download/7984787/MSI.pdf.html