24/08/10

Lanjutkan tanpa J dan K

Menyimak perjalanan pemerintahan SBY periode ke-2 terasa berbeda dibandingkan periode pertama pemerintahannya. Walaupun telah dipoles sana sini dengan berbagai macam bentuk pencitraan tetap saja ada terasa kekurangannya periode sekarang ini dibandingkan dengan periode yang lalu. Kekurangannya tidak lain ketidaktegasan dan kelambanan SBY dalam menyikapi persoalan bangsa. Misalnya saja dalam menyikapi masalah bank Century, tabung gas 3 kg, masalah pengungkapan mafia kasus, dan yang terakhir penangkapan 3 orang petugas DKP oleh polis marin Malaysia.


Menengok kembali ke belakang pada masa pemerintahan SBY periode pertama terasa sekali perbedaannya dengan sekarang. Walaupun banyak juga gejolak yang timbul, tapi dapat diredam oleh pemerintah dengan baik. Saya melihat ada satu tokoh yang berperan di balik kesuksesan pemerintahan SBY periode pertama. Siapa lagi kalau bukan Muhammad Jusuf Kalla yang dikenal dengan sebutan JK sebagai wakil presiden.Beliau ini sering pasang badan untuk menjaga citra pemerintahan SBY periode pertama. Setiap ada kebijakan pemerintah yang tidak populer seperti kenaikan harga BBM yang mengumumkan kepada masyarakat selalu JK, giliran harga minyak turun baru SBY yang menyampaikan. Begitu juga kalau ada demo buruh, JK langsung menemui mereka untuk diajak berdialog. Beda dengan SBY yang kalau ada demo besar di istana selalu ke luar kota.


Salah satu hal yang membuat saya kagum dengan JK ini yang saya baca dalam suatu media adalah ketika Amerika dilanda krisis 2 tahun yang lalu berliau pernah menawarkan bantuan kepada wakil presiden Amerika Serikat Joe Bidden, “Apa yang Indonesia bisa bantu bagi negara anda?” Kalimat ini sangat menyentuh rasa nasionalisme saya, JK telah menaikkan martabat bangsa Indonesia di depan pemimpin negara adikuasa. Bandingkan dengan SBY, jangankan berhadapan dengan Amerika Serikat, menghadapi Malaysia saja seperti kucing kena lidi.


Sayangnya keberuntungan tidak berpihak kepada JK pada Pemilu 2009 yang, beliau kalah telak dari SBY yang dipilih oleh 60% lebih rakyat Indonesia. Walaupun yang 60% lebih itu akhirnya banyak juga yang mencak-mencak melihat kondisi sekarang, hendaklah terima apa adanya karena itulah resiko berdemokrasi. Ibarat membeli barang, maka lain kali telitilah sebelum membeli. Karena ketidak telitian dalam membeli maka konsumen dalam hal ini pemilih jadi kecewa. Bentuk fisik saja tidak cukup untuk menilai seseorang. Saya ibaratkan di sini jika rakyat disuruh memilih buah durian yang kulitnya berduri tapi isinya enak dengan buah kedondong yang kulitnya mulus tapi rasanya asem dan berduri. Eh, ternyata rakyat kita malah banyak yang memilih kedondong.


Jadi benar kata pengamat politik pada waktu pemilu yang lalu bahwa “lanJutKan” tanpa JK akan jadi “lanutan”. Karena sekarang ini bukannya negara jadi lebih baik, malah kacau balau mengutip pernyataan ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ketegasan dan kecepatan bertindak orang seperti JK ini sangat dibutuhkan sekarang ini dalam membangun karakter bangsa ini supaya kita tidak diremehkan oleh negara lain. Saat ini rakyat butuh kesejahteraan dan keadilan, bukan nyanyian seorang pemimpin yang peragu, lamban, suka mengeluh dan doyan curhat.


Walaupun pak JK ini kalah ketika pilpres yang lalu, semangat pengabdiannya terhadap bangsa ini tetap tidak luntur. Malah sekarang beliau sekarang dipercaya menjadi ketua umum Palang Merah Indonesia, sebuah lembaga kemanusiaan yang memang tempat terbaik bagi beliau untuk mengabdikan diri. Membandingkan periode pemerintahan SBY sekarang dengan pemerintahan SBY periode 2004-2009 wajar saja dulu tokoh cendekiawan Buya Syafi`i Ma`arif mantan ketua PP Muhammadiyah mengatakan bahwa, “JK is the real presiden.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar